Yan C. Warinussy, SH dan istri memegang poster mempertanyakan perkembangan penanganan kasus penembakan yang dialaminya 3 bulan lalu di Jl. Yos Sudarso, Sanggeng, Manokwari, Kamis (17/10). Foto: IST
Manokwari – Korban penembakan orang tidak dikenal (OTK), Yan C. Warinussy, SH dan istri menggelar aksi membisu di Jl. Yos Sudarso, Sanggeng, Manokwari tepatnya di depan Bank Mandiri Sanggeng, Kamis (17/10) pagi.
Aksi yang berlangsung di sekitar tempat kejadian perkara (TKP), untuk mempertanyakan penanganan perkara penembakan yang dialami 3 bulan silam, tepatnya 17 Juli 2024 yang terkesan jalan di tempat.
Aksi membisu ini mendapatkan simpati dari pihak keluarga dan masyarakat, sehingga ikut turun ke jalan serta memblokade ruas Jl. Yos Sudarso.
Blockade ruas jalan ini dilakukan dengan ranting kayu dan batu. Warga juga terlihat membentangkan spanduk dan poster.
Dalam orasinya, warga menuntut pihak kepolisian segera memberi penjelasan tentang perkembangan penanganan kasus penembakan terhadap Yan Warinussy, karena menilai pihak kepolisian sangat lambat menangani kasus tersebut.
Tokoh masyarakat, Markus Yenu menjelaskan, aksi protes ini dilakukan karena insiden penembakan yang dialami Yan Warinussy terjadi 3 bulan lalu, tetapi pelaku belum bisa diungkap aparat kepolisian.
Padahal, ungkap Yenu, dalam koordinasi sebelumnya, aparat kepolisian mengaku telah mengamankan sejumlah barang bukti dan mengantongi identitas pelaku penembakan.
“Artinya, bapak dia hanya meminta kejelasan kenapa pelaku belum ditangkap. Aksi ini bagian dari dampak ketidakpercayaan terhadap aparat kepolisian,” ujar Yenu kepada wartawan di Jl. Yos Sudarso, Sanggeng, Manokwari, kemarin.
Secara terpisah, Yan Warinussy menjelaskan, insiden yang dialaminya sudah berlalu 3 bulan. Namun, sampai sekarang terduga pelaku belum bisa diungkap aparat kepolisian.
Padahal, jelas Direktur Eksekutif LP3BH Manokwari ini, pihak kepolisian mengatakan sudah mengantongi identitas terduga pelaku, termasuk mengamankan barang bukti serta memeriksa sejumlah saksi.
Diungkapkan Warinussy, dalam penanganan kasus ini, aparat kepolisian mencoba mempersempit ruang penyelidikannya jika insiden yang dialaminya, ada kaitannya dengan kasus pembunuhan terhadap korban YS yang sedang bergulir di Pengadilan Negeri (PN) Manokwari.
“Saya selaku penasehat hukum keluarga korban dan keluarga pelaku tidak senang dengan saya. Lalu, mereka melakukan aksi penembakan ini,” jelas Warinussy kepada wartawan di kediamannya, Kamis (17/10).
Ia mengaku tidak percaya apabila insiden penembakan yang dialaminya terkait kasus tersebut. Sebab, kata Warinussy, pihaknya tak pernah merasa dimusuhi, apalagi selama ini orang Arfak cukup menghormatinya dan begitu sebaliknya, termasuk saling menghargai.
Menurut dia, hal itu dibuktikan dari sejumlah kasus yang pernah ditanganinya, dimana para kliennya kebanyakan orang Arfak daripada orang non Arfak, selama menjadi pengacara di Manokwari sejak 1994.
“Untuk itu, tadi pagi saya bangun, saya ajak istri berdua ke depan Toko Harapan menunjukkan sikap sebagai orang tua dan korban, mempertanyakan sejauhmana penanganan kasus ini. Sebab sudah 3 bulan, terduga pelaku belum diungkap. Jangankan ditangkap, dijamah saja belum,” ujarnya.
Dikatakannya, selama ini aparat kepolisian hanya menyampaikan bahwa identitas pelaku sudah diketahui dan sedang lari ke Pegaf, sehingga penangkapan belum bisa dilakukan dengan berbagai kendala yang disampaikan.
“Namanya operasi, pasti ada korban dan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, aparat kepolisian harus bisa me-manage itu,” kata dia.
Terkait aksi di Sanggeng, jelas Warinussy, awalnya ia dan istri saja, tidak melibatkan anak-anak. Kemungkinan, kata dia, keluarga dan warga sekitar melihat, lalu mereka mulai berdatangan dan bertanya, lalu muncul empati serta terjadi berbagai macam aksi, meski dirinya telah melarang, jangan sampai ada aksi pemalangan.
“Saya hanya ingin menunjukkan apa yang dilakukan untuk mempertanyakan penanganan kasus yang saya alami, karena pelakunya ada di depan mata, tetapi tidak ditangkap. Kalau ditangkap, saya ingin dipertemukan untuk menanyakan motifnya apa, karena saya merasa tidak punya musuh,” klaim Warinussy.
Diutarakannya, pihaknya sudah berkoordinasi dengan penyidik, dalam hal ini Kasat Reskrim dan Kanit Pidum, Polresta Manokwari.
“Tadi disampaikan ke kami untuk dikasih waktu mengungkap terduga pelaku paling lambat 2 minggu, karena 2 minggu lagi habis bulan. Jadi, saya bilang oke, saya tunggu 2 minggu lagi, terduga pelaku ditangkap,” ungkapnya.
Secara terpisah, Kasat Reskrim Polresta Manokwari, AKP Raja Putra Napitupulu mengatakan, penanganan kasus ini masih berproses dan tinggal menangkap pelaku.
Menurutnya, pihak kepolisian tidak melakukan pembiaran, tetapi sebaliknya, terus berupaya untuk segera menangkap pelaku, tetapi memang ada beberapa kendala.
Ia mengaku kondisi geografis menjadi salah satu kendala yang dialami. Sebab, lanjut Kasat Reskrim, akses menuju lokasi sangat sulit, rawan, dan mempertimbangkan keselamatan anggotanya.
“Kita tahu sendiri, situasi di sini ada tidak rawan, ada juga rawan. Kita banyak mempertimbangkan, termasuk aspek keamanan anggota,” kata Napitupulu yang dikonfirmasi wartawan di Polresta Manokwari, Kamis (17/10).
Ditegaskan Napitupulu, pihaknya terus berkoordinasi dengan Polres Pegaf untuk ikut mem-back up.
“Kita terus berupaya. Kita tidak melakukan pembiaran. Buktinya kita sudah amankan barang bukti. Saksi sudah kita periksa, dan CCTV sudah kita ambil sebagai petunjuk,” katanya.
Kasat Reskrim mengatakan, terkait penanganan kasus ini, sudah dikoordinasikan dengan pihak korban dan ada penyampaian terduga pelaku segera diungkap dalam waktu 2 minggu ke depan. [AND-R1]